Teknik Budidaya Tanaman Jagung

Teknik Budidaya Tanaman Jagung

Botani Jagung

(Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai bahan makanan pokok.

Tanaman ini mempunyai fungsi banyak yaitu:

  1. Sumber karbohidrat
  2. Pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya)
  3. Diambil minyaknya (dari biji)
  4. Tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena),
  5. Bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural.
  6. Bahan farmasi, jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan).

Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, kemudian teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp.mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).

Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam.

Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar. Jagung merupakan komoditas andalan yang dirasakan mempunyai keunggulan komparatif karena :

  • Saat ini Indonesia masih mengimpor jagung dalam jumlah besar + 700.000 ton per tahun untuk keperluan industri pakan ternak.
  • Peluang pakan ternak yang cukup besar di Kalimantan Barat dan saat ini Kalimantan Barat masih mendatangkan jagung dari Semarang (Jawa Tengah) sebesar + 10.000 ton/tahun.
  • Ketersediaan Lahan untuk pengembangan jagung di Kalimantan Barat cukup besar yang didukung dengan ketersediaan teknologi dan SDM. Selain itu juga adanya serta sudah terbentuknya kemitraan dengan swasta yaitu di Sanggau Ledo (Kab. Bengkawang).

Deskripsi

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.

Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.

Akar Jagung

Gambar Akar jagung

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset.

Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

Batang Jagung

Gambar Batang Jagung

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.

Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada selsel daun.

Daun Jagung

Gambar Daun Jagung

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma).

Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.

Bunga Jagung Jantan

Gambar Bunga Jagung Jantan

Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.

Bunga Jagung Betina

Gambar Bunga Jagung Betina

Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Perbaikan Teknologi Produksi Jagung

Untuk mengimbangi permintaan akan produksi jagung maka pemerintah menerapkan beberapa paket teknologi intuk meningkatkan peoduksi jagung. Dibawah ini diberikan merupakan alternatif pertanaman jagung pada lahan kering yang dikeluarkan Departemen Pertanian.

Urutan kerja pada teknologi budidaya ini adalah:

  1. Pengolahan tanah sederhana atau tanpa olah tanah (TOT).
  2. Varietas yang digunakan adalah bersari bebas (varietas Bisma) maupun hibrida sebanyak 20 kg/ha, yang telah diperlakukan ridomil, benih ditugal dengan jarak tanam 80 x 40 cm dengan 2 biji /lubang.
  3. Pemupukan sesuai dengan rekomendasi setempat, yaitu seluruh pupuk SP-36, KCI dan 1/2 bagian Urea diberikan bersamaan tanam atau 7-10 hari setelah tanam sebagai pupuk dasar, dengan cara ditugal 5 cm dari lubang tanaman.
  4. Pupuk susulan '/2 bagian Urea diberikan pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam, pupuk diberikan dengan cara tugal sedalam 5-10 cm ditutup kembali.
  5. Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu umur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam sekaligus membumbun.
  6. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT).
  7. Panen dan pasca panen, tanaman dipanen apabila klobot berwarna keputihan/coklat dan mengering dengan biji mengkilap dan kadar air 25-30%.

Untuk lebih jelasnya perhatikan urutan gambar berikut:

Urutan Penanaman Jagung (bag.1)

Gambar Urutan Penanaman Jagung (Bag.1)

Urutan Penanaman Jagung (Bag.2)

Gambar Urutan Penanaman Jagung (Bag.2)

Urutan Penanaman Jagung (bag.3)

Gambar Urutan Penanaman Jagung (Bag.3)

Gejala Kahat Hara

Beberapa gejala gejala kahat satu atau lebih hara esensia pada jagung. Petani jagung harus belajar mengenal gejala gejala kahat satu atau lebih hara esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang sehat untuk memperoleh hasil yang menguntungkan. Kita harus dapat menjadi dokter untuk tanaman jagungmu sendirl. Melihat kebun secara teratur dan mengidentifikasi gejala dari suatu masalah merupakan aspek penting dari budidaya tanaman. Keuntungan optimum dari investasi untuk produksi tergantung dari suplai hara yang cukup selama pertumbuhan tanaman.

Gejala kahat hara yang timbul disebabkan karena kebutuhannya tidak terpenuhi. Hendaknya kebun dicek beberapa kali selama satu musim. Kahat hara yang dapat dideteksi dini dapat diatasi dengan pemupukan dalam alur di sisi tanaman. Andaikata tidak dapat diatasi dalam tahun ini, asal diketahui di mana masalah tersebut timbul, maka sudah merupakan informasi yang sangat berarti untuk perencanaan pemupukan pada musim berikutnya.

Daun tanaman yang sehat harus berwarna hijau tua. Hal ini menunjukkan bahwa daun tersebut berkadar klorofil tinggi yang sangat dibutuhkan untuk menangkap sinar matahari untuk menghasilkan gula yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

1. Kahat Nitrogen

Kahat nitrogen (N) tidak mudah dideteksi waktu tanaman masih muda. Namun bila berwarna hijau kekuningan, maka kemungkinan tanaman kahat N. Bila kahat N dapat dideteksi dini, pemberian pupuk N dalam alur di sisi tanaman dapat mengatasi masalah ini. Setelah tanaman kira-kira setinggi lutut, tingkat pertumbuhan akan meningkat yang diikuti dengan kebutuhan N yang meningkat cepat. Kebutuhan 3, 4 kg N/ha/hari adalah umum dan kebutuhan ini meningkat dua kali lipat saat pertumbuhan maksimum.

Bila N tidak tersedia dalam jumlah cukup, maka warna ujung daun tua akan berubah menjadi kuning dan warna ini akan berkembang sepanjang tulang daun utama. Karena N sifatnya mobil dalam tanaman, gejala kahat N ini berangsur-angsur akan merambah ke daun-daun di atasnya. Daun tua kemudian akan mati. Uji N jaringan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan indikator kimia atau alat elektronik untuk membantu mengdiagnosis kahat N ini. Tanaman mati muda dengan tongkol yang kecil dan bijinya sedikit.

2. Kahat Fosfor

Kahat fosfor (P) umumnya sudah tampak waktu tanaman masih muda. Gejala awal dimulai dengan daun yang berwarna ungu-kemerahan. Tangkai yang lemah dan kecil tanpa tongkol atau tongkolnya kacil dan melilit juga merupakan indikasi kahat P. Suhu rendah dan udara kering atau sangat basah pada awal pertumbuhan atau restriksi fisik untuk pertumbuhan akar dapat menyebabkan kahat P, meskipun P dalam tanah cukup. Kahat P juga menyebabkan panen terlambat. Serapan P yang banyak per hari saat pertumbuhan yang cepat menekankan pentingnya kesuburan tanah yang tinggi yang mampu menyuplai hara P yang cukup.

3. Kahat Kalium

Kahat kalium (K) dimulai dengan warna kuning atau kecoklatan sepanjang pinggir daun pada daun tua. Warna tersebut akan berkembang ke arah tulang daun utama dan pada daun-daun di atasnya. Gejala umum kahat K lainnya adalah warna coklat tua pada buku batang bagian dalam dan dapat diketahui dengan mengiris batang secara memanjang. Ukuran tongkol kadang-kadang tidak terlalu dipengaruhi seperti halnya pada kahat N dan P, tetapi biji-biji jagung pada ujung tongkol tidak berkembang dan tongkol jagung banyak kelobotnya dengan biji sedikit sebagai akibat kahat K.

Kalium juga merupakan faktor utama dalam efisiensi penggunaan air dan karena itu pengaruh kekeringan akan lebih nyata bila tanaman kahat K. Saat kebutuhan maksimum menyebabkan serapan K lebih banyak daripada N. Hal ini menunjukkan pentingnya kesuburan tanah yang tinggi untuk mencapai produksi yang menguntungkan.

4. Kahat Hara Lainnya

Kecuali N, P dan K, kahat hara lainnya tidak sering dijumpai di lapang, tetapi dapat merupakan pembatas penting produksi. Kahat belerang (S) tampak pada daun muda yang berwarna hijau muda dengan pertumbuhan yang terhambat. Sering dijumpai pada tanah berpasir atau tanah dengan kadar bahan organik rendah. Berbagai pupuk yang mengandung S dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini.

Kahat magnesium (Mg) menyebabkan timbulnya warna keputihan sepanjang kanan kiri tulang daun pada daun tua dengan warna merah keunguan sepanjang pinggir daun. Gejala ini dapat merupakan indikasi bahwa tanahnya masam, terutama timbul pada tanaman muda dengan pengolahan tanah yang kurang intensif. Pemberian dolomit dapat mengatasi masalah kahat Mg ini pada tahun-tahun berikutnya. Bila pH tidak merupakan masalah, maka sumber Mg lainnya seperti Kalium Magnesium-Sulfat dapat mengatasi kahat Mg ini.

Daun pucuk yang mengering atau melilit merupakan indikasi kahat tembaga (Cu). Kahat seng (Zn) ditandai oleh garis-garis klorotik yang paralel dengan tulang daun utama pada daun muda, ruas pendek dan tanaman kerdil. Tanaman tanpa tongkol atau tongkolnya steril pada pertanaman dengan populasi tinggi yang mendapat pupuk cukup dapat disebabkan oleh kahat boron (B).

Lahan masam mempengaruhi serapan berbagai hara dan dapat menyebabkan tanaman kahat hara, meskipun tanaman dipupuk cukup. Uji tanah perlu dilaksanakan secara teratur untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang berkaitan dengan pH dan memonitor kadar P dan K tanah. Uji nitrat pada profil tanah akan memberikan informasi yang baik untuk arahan pemupukan N di daerah di mana residu nitrat masih tersisa dari musim sebelumnya.

5. Gejala Daun

  • Daun sehat mengkilat dan berwama hijau tua bila tanaman mendapat suplai hara yang cukup.
  • Kahat Fosfor daunnya berwarna ungu-kemerahan, terutama pada tanaman yang masih muda.
  • Kahat Kalium ujung dan tepi daunnya berwarna kekuningan atau mengering.
  • Kahat Nitrogen dimulai dengan wama kekuningan pada ujung daun dan berkembang sepanjang tulang daun utama.
  • Kahat Magnesium menyebabkan timbulnya garis-garis keputihan sepanjang tulang daun dan seringkali timbul warna ungu pada bagian bawah dari daun tua.
  • Kekeringan menyebabkan tanaman berwarna hijau keabuan, daun-daun menggulung sebesar pensil.
  • Penyakit Helminthosporium dimulai dengan bercak kecil dan berangsur-angsur berkembang pada seluruh daun.

Zat kimia kadang-kadang menyebabkan:

  1. Batang sehat mempunyai ukuran normal. Batang tersebut bila dipotong memanjang akan terlihat bagian dalam batang berwarna keputihan dan sehat.
  2. Tanaman perlu dipupuk KALIUM apabila batang dipotong menunjukkan wama coklat pada bukunya.
  3. Kahat FOSFOR mempunyai batang yang lemah dan kecil, kadang-kadang tanaman tidak membentuk tongkol atau tongkolaya kecil. Perhatikan warna ungu pada daun tua.
  4. Tanaman jagung membentuk ANAKAN bila tanaman dipupuk terlalu banyak Nitrogen pada awal pertumbuhan.
  5. Gejala serangan penyakit pada batang juga menyebabkan timbulnya ikatan pembuluh yang berwarna kehitaman pada batang bagian atas dengan warna yang lebih gelap pada batang bagian bawah. Busuk pada batang bagian dalam menyebabkan tanaman cepat mati dan batangnya patah. Tongkolnya mengecil

Gambar Gejala Kerusakan Pada Batang Jagung

Gambar: Beberapa Gejala Kerusakan Pada Batang Jagung

6. Gejala Pada Akar

  1. Akar yang banyak dan dalam dari tanaman menunjukkan tanaman sehat
  2. Fosfor pada awal pertumbuhan menyebabkan perkembangan akar tidak sempurna.
  3. Cacing akar memakan akar halus dan membuat tanaman tidak tumbuh sempurna
  4. Tanah masam menyebabkan akar bagian bawah berubah warna dan busuk, terutama pada akar penunjang yang tumbuh pada buku ketiga dan keempat.
  5. Kerusakan karena zat kimia menyebabkan akar tidak berkembang

Ciri-ciri kerusakan akar tanaman jagung seperti tersebut diatas dapat dilihat pada gambar berikut yang dimulai dari nomor 1 sampai 5.

Gambar Gejala Akar Jagung

Gambar: Gejala Pada Akar Jagung

Gejala kekurangan, kelebihan ataupun penyakit juga dapat dlihat pada tongkol buah, seperti tertera diwah ini:

  1. Tongkol Normal yang mendapat cukup pupuk dan berproduksi tinggi, beratnya sekitar 150-225 gram. Ujung kelobot fidak penuh berisi biji.
  2. Tongkol Besar yang beratnya lebih dari 225gram dengan biji yang memenuhi ujung kelobot merupakan indikasibahwa populasi tanaman terlalu sedikit untuk mencapai produksiyang menguntungkan.
  3. Tongkol Kecil menunjukkan bahwa tanahnya kurang subur, populasi tanaman terlalu banyak atau ada masalah lainnya.
  4. Kahat Kalium menyebabkan ujung tongkol tidak berbiji penuh, bijinya jarang dan tidak sempurna.
  5. Kahat Fosfor mengganggu persarian dan pembentukan biji. Tongkolnya kecil, sering bengkok dengan pembentukan biji yang tidak sempuma.
  6. Rambut Hijau saat tongkol masak menunjukkan bahwa tanaman terlalu banyak dipupuk Nitrogen udara Kering menyebabkan pembentukan rambut yang lambat; persarian tidak sempuma pada saat pembentukan biji.

gambar Gejala kekurangan, kelebihan ataupun penyakit pada tongkol buah jagung

gambar: Gejala kekurangan, kelebihan ataupun penyakit pada tongkol buah jagung

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan.

Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda. Secara rinci kandungan zat apa saja yang terdapat pada jagung adalah: gula, kalium, asam jagung dan minyak lemak. Utrennya (buah yang masih muda) banyak mengandung zat protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1, B6, C dan K. Rambutnya mengandung minyak lemak, damar, gula, asam maisenat dan garam-garam mineral. Biji buah jagung biasanya di buat tepung jagung (maizena).

Manfaat dan Kegunaan

Salah satu manfaat jagung adalah diuretik (memperlancar air seni) karena kandungan kaliumnya yang tinggi terutama pada rambut dan tongkol mudanya. Selain itu, kandungan thiamin bisa mengeringkan luka seperti misalnya luka pada cacar air. Kandungan fosfornya baik untuk tulang dan gigi.

Kegunaan jagung adalah:

  1. Melancarkan air seni
  2. Radang ginjal, batu ginjal
  3. Hipertensi
  4. Diabetes
  5. Melancarkan ASI
  6. Rakhitis
  7. Batu empedu
  8. Cacar air
  9. Diare
  10. Keguguran (rambut, daun dan tongkol mudanya)

Teknik Budidaya Jagung Sukmaraga

Produksi jagung dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga diperlukan impor. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan karena akan merugikan para peternak yang membutuhkan pakan, dimana jagung memegang peran 51 % sebagai bahan pokok pembuatan pakan. Untuk mengatasi hal ini maka dicarilah varietas jagung yang dapat berproduksi sampai 8,5 ton/ha. Oleh karena itu perlu suatu acuan teknologi budidaya jagung sukmaraga, sehingga petani yang mencoba dan mengembangkan jagung sukmaraga dapat berhasil sesuai potensial hasil dari jagung tersebut.

Diharapkan dengan berhasilnya petani menerapkan jagung sukmaraga, peningkatan produksi jagung dapat meningkat. Mengingat jagung sukmaraga adalah jagung komposit dapat ditanam ulang sampai 3 (tiga) kali tanam tidak seperti jagung Hibrida hanya 1 (satu) kali tanam sehingga harus beli lagi, jadi cukup menghemat input sarana produksi.

1. Penyiapan lahan

  • Tanah dibajak 15-20 cm, gemburkan dan ratakan, atau tanpa olah tanah bagi tanah gembur/ringan.
  • Bersih dari sisa-sia tanaman dan tumbuhan pengganggu.

2. Penanaman

  • Buat lubang tanam dengan tugal sedalam 5 cm.
  • Jarak tanam 75 cm x 40 cm (2 tanaman /rumpun), atau 75 cm x 20 cm (1tanaman /rumpun)
  • Masukkan benih dalam lubang tanam dan tutup dengan tanah atau pupuk kandang.

3. Pemupukan

  • Takaran pupuk: untuk yang telah dika\ji di Lampung 350 kg urea/ha + 150 kg SP 36/ha + 100 kg KCL/ha.
  • Pupuk diberikan 2 kali, pertama 7-10 hst (200 kg urea/ha + 150 kg SP 36/ha +100 kg KCL/ha) kedua:30-35 hst(250 kg urea/ha).
  • Pupuk diberikan dalam lubang/ larikan + 10 cm
  • Disamping tanaman ditutup dengan tanah.

4. Penyiangan

  • Penyiangan pertama pada umur 15 hst.
  • Penyiangan kedua pada umur 28-30 hst, dilakukan sebelum pemupukan kedua.

5. Pengendalian hama penyakit

  • Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan: Benih jagung 1 kg dicampur 2 gr Ridomil atau Saromil yang dilarutkan dalam 7,5 –10 ml air. Sedangkan untuk pengendalian hama penggerek diberi insektisida Furadan 3G melalui pucuk tanaman (3-4 butir/tanaman).

6. Pemberian air (khususnya musim kemarau)

  • Pada saat sebelum tanam 15 hari setelah tanam 30 hst , 45 hst, dan 75 hst (6 kali pemberian). Sumber air dapat dari irigasi permukaan atau tanah dangkal (sumur) pompa.

7. Panen

  • Jagung siap dipanen jika klobot sudah mengering dan berwarna coklat muda, biji mengkilap, dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas.

Beberapa Kendala Budidaya Jagung Hibrida

Jagung adalah tanaman yang sangat akrab dengan petani. Komoditas ini merupakan salah satu bahan pangan andalan. Beberapa daerah di Indonesia masyarakatnya menjadikan jagung sebagai bahan makanan pokok di samping beras dan umbi-umbian. Tak heran, rencana mengembangkan jagung hibrida di Indonesia hingga mencapai produksi lima juta ton pada tahun 2010 merupakan peluang besar bagi petani untuk meningkatkan produksi dan pendapatan.

Harus dicatat bahwa komoditas jagung yang dihasilkan petani. selama ini bersumber dari benih lokal yang ditanam secara tradisional. Selain tingkat produktivitas yang rendah, jagung lokal itu tidak laku di pasaran dalam negeri sebagai bahan baku industri pakan. Kondisi sosial petani jagung juga merupakan tantangan tersendiri bagi usaha pengembangan jagung hibrida. Sebagian besar petani, masih bergantung pada kemurahan alam. Belum akrab dengan teknologi, seperti penggunaan pupuk dan obat-obatan. Padahal, tanpa perlakuan khusus, benih jagung hibrida tidak bakal mencapai tingkat produktivitas standar, yaitu 7 ton-8 ton per hektar.

 Share & Komentar


 Lihat Juga