Mengenal Sejarah Museum Wayang Jakarta

Mengenal Sejarah Museum Wayang Jakarta

Museum ini terletak 1 area dengan museum Fatahillah, berdekatan dengan Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri dan juga Museum Keramik.

Saat memasuki gedung museum, kita akan disambut oleh sepasang “Ondel-ondel” yaitu kesenian tradisional betawi. Selain wayang, seluruh perlengkapan seputar ‘perwayangan’ juga dipajang di museum ini, mulai dari alat penerangan untuk wayang kulit, untuk membuat bayangan di belakang layar yang disebut Lampu Blencong, juga ada alat musik pengiring seperti gamelan, panggung yang biasa dipakai untuk panggung boneka, dll.

Museum ini menyimpan koleksi wayang dari daerah-daerah di Indonesia seperti Jawa, Sunda, Bali, Lombok, Sumatera dan juga luar negeri antara lain Malaysia, Suriname, Kelantan, Perancis, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam, Inggis, Amerika dan Thailand. Jumlah koleksinya kurang lebih 5.147 buah yang diperoleh dari pembelian, hibah, sumbangan dan titipan.

Bangunan museum mengalami beberapa kali perombakan, pertama kali dibangun pada tahun 1690 sebagai gereja dengan nama de Oude Hollandse Kerk.

Bangunan gereja itu pernah hancur total akibat gempa yang kemudian dibangun Bataviasche Genootshap van Kunsten en Wetenschappen, yaitu lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan Indonesia.

Oleh lembaga itu, gedung tersebut diserahkan kepada Stichting Oud Batavia pada 22 Desember 1939 dan dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasce Museum.

Pada tahun 1957 gedung ini diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia dan pada tanggal 17 September 1962 diberikan kepada Dekdipbud (kini Kemenbudpar) RI yang selanjutnya kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 23 Juni 1968 untuk dijadikan Museum Wayang yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 13 Agustus 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu, Ali Sadikin.

 Share & Komentar

 Artikel lainnya