Teknik Budidaya Tanaman Buah Markisa

Teknik Budidaya Tanaman Buah Markisa

Tanaman markisa (passifloraceae) berasal dari Amerika Selatan yang beriklim tropis. Saat ini terdapat lebih dari 400 spesies yang mana dari jumlah tersebut sekurang-kurangnya 50 diantaranya dapat dikonsumsi buahnya. Diantara spesies tersebut yang banyak dibudidayakan secara komersial adalah markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims) dan markisa kuning (Passiflora edulis f. flavicarpa Degner). Nama lain buah markisa di luar negeri adalah passion fruit, granadilla, purple granadilla, yellow granadilla fruit atau meracuja.

Markisa yang kita kenal ada 2 yaitu markisa buah kecil (Passiflora foetida) yang hidup liar dan markisa buah yang besar yang banyak budidaya oleh masyarakat. Di Indonesia setidaknya ada 4 jenis Markisa yang banyak dibudidayakan masyarakat, yaitu :

  1. Markisa Ungu (Passiflora edulis var. edulis)
    • Markisa ungu banyak ditanam di dataran tinggi di Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
    • Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 800 – 1.500 m diatas permukaan laut. Tanaman markisa diperbanyak dengan stek batang
  2. Markisa Konyal (Passiflora lingularis)
  3. Markisa Kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa)
  4. Markisa Erbis ( Passiflora quadrangularis)

Manfaat

Dari sisi manfaat salah satunya adalah ekstrak buah markisa kuning mengandung zat fitokimia yang mampu membunuh sel kanker berdasarkan sebuah penelitian. Manfaat lain dari buah markisa bisa untuk menyembuhkan badan lemah setelah sakit, kehilangan napsu makan, anemia disertai bibir pucat, terasa dingin pada anggota badan dan pusing, kurang susu setelah melahirkan, serta memulihkan kondisi tubuh setelah pengobatan khususnya yang disebabkan oleh parasit pada anak.

Lokasi

Tanaman markisa merupakan tanaman subtropis, sehingga jika ditanam di Indonesia harus di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian antara 800 – 1.500 m dpl dengan curah hujan minimal 1.200 mm per tahun, kelembaban nisbi antara 80 – 90%, suhu lingkungan antara 20 – 30oC, tidak banyak angin.

Tanah

Tanaman markisa dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, terutama pada yang gembur, mempunyai cukup bahan organik, mempunyai pH antara 6,5 – 7,5 dan berdrainase baik. Jika tanah tersebut masam, maka perlu ditambahkan kapur pertanian (dolomit). Pada umumnya lokasi yang sesuai untuk tanaman markisa adalah dataran tinggi, sehingga kondisi lahannya banyak yang berlereng. Sebaiknya kemiringan lahan tidak lebih dari 15%, jika lebih harus dibuat terasering untuk memudahkan pemeliharaan tanaman.

Pembibitan

Tanaman jenis tanaman yang umum dibudidayakan oleh petani adalah jenis markisa ungu (edulis), tetapi jenis ini mempunyai batang yang kecil, perakaran yang dangkal dan tidak tahan terhadap nematoda. Kemudian ada jenis lain, markisa kuning (flavicarpa) yang mempunyai batang yang cukup besar, perakaran yang dalam, tahan terhadap nematoda, tetapi buahnya kurang disukai karena rasanya lebih asam dan sari buahnya sedikit. Oleh karena itu telah dikembangkan teknik sambungan antara markisa ungu sebagai batang atas dan markisa kuning sebagai batang bawah. Teknik sambungan tersebut telah dikembangkan di Sulawesi Selatan dan ternyata hasilnya cukup memuaskan.

Cara Budidaya

Perbanyakan tanaman Markisa umunnya dilakukan dengan biji dan setek cabang. Bibit dapat ditanam di kebun setelah punya tinggi lebih dari 50 cm (berdaun 3-4 helai). Tanah dicangkul dengan baik agar gulma dan alang-alang yang tumbuh hilang hingga ke akar-akarnya. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman 30-40 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 10 kg. Bibit yang telah cukup umur ditanam dalam lubang. Jarak antar lubang tanam 2 m x 5 m. Bibit dalam polibag sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Penanaman markisa pada akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) akan memperlambat umur berbunga, yakni setelah 10-12 bulan. Penanaman pada akhir musim hujan menyebabkan tanaman akan berbunga pada umur sekitar enam bulan. Tanaman markisa dapat dirambatkan pada pohon hidup atau kayu Gliricidia. Markisa yang dirambatkan dengan sistem pagar produksinya lebih tinggi.

Pemeliharaan

Pemupukan dengan NPK (15:15:15) sebanyak 25-100 g per tanaman, tergantung umurnya. Dianjurkan perambatan dengan sistem pagar. Jaraknya 3 m agar pengaturan cabang lebih mudah dan dapat dikombinasi dengan tanaman lain (misalnya kopi). Sebagai tiang pagar dapat digunakan tanaman hidup (Gliricidia, kayu jaran Lannea grandis). Untuk menjalarkan batang markisa digunakan kawat yang dibentangkan mendatar seperti pada perambatan tanaman anggur. Setelah bibit yang ditanam di sepanjang pagar (jarak 2-3 m) mencapai bentangan kawat terbawah, ujung bibit segera dipotong. Dari tunas yang tumbuh, dipilih tiga tunas yang kekar. Dua tunas dijalarkan pada bentangan kawat terbawah dan satu lagi dibiarkan tumbuh mencapai bentangan kawat di atasnya. Pekerjaan seperti ini diulangi hingga semua kawat bentang dijalari oleh 1-2 tunas yang merupakan cabang buah. Bunga muncul pada ketiak daun, biasanya berdaun tunggal. Bila cabang-cabang buah belum berbunga maka ujung cabang perlu dipotong (dipotes). Buah akan bergantung pada kawat tersebut. Namun, petani di Indonesia tidak pernah melakukan pemangkasan seperti ini sehingga produksinya rendah.

Hama dan Penyakit

Hama yang biasa menyerang tanaman markisa adalah lalat buah Dacus dorsalis dan nematoda bengkak akar yang disebabkan oleh Meloidogyne incognita. Kutu daun kuning Myzus persicae dan kutu putih Aphis gossypii sering terdapat pada daun. Hama ini dapat diatasi dengan semprotan insektisida Tamaron 0,2%. Penyakit yang biasa mengancam tanaman markisa adalah mati pucuk Phytophthora parasitica, penyakit layu Fusarium passiflorae, dan penyakit busuk leher akar (damping-offi pada bibit di persemaian yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani. Kondisi lahan yang basah merangsang tumbuhnya penyakit-penyakit tersebut. Bila belum terlambat, penyakit ini dapat diatasi dengan Benlate 0,2% atau lisol 10-50%.

Panen dan Pasca Panen

Buah markisa harus dipanen setelah matang pohon, yakni setelah berwarna kuning dan timbul aroma harum. Buah yang masih muda (warnanya hijau) sebaiknya tidak dipanen karena mutunya rendah.

 Share & Komentar

 Artikel lainnya